Sempena maulid ni, meh kita ingat balik sirah Baginda Nabi Muhammad SAW meh.. ^^
Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada rasul (Rasulullah S.A.W) dan kepada orang-orang yang berkuasa dari kalangan kamu.
Jika kamu berbantah-bantah (berselisihan) dalam sesuatu perkara maka hendaklah kamu mengembalikannya kepada (kitab) Allah (al-Quran) dan sunnah rasulNya jika kamu benar beriman kepada Allah dan hari akhirat.
Yang demikian adalah lebih baik (bagi kamu) dan lebih elok pula kesudahannya.
(Surah an-Nisa: ayat 59)
Nama : Muhammad bin Abdullah.
Keturunan : Bani Hasyim.
Ayahanda : Abdullah bin Abdul Mutalib.
Ibunda : Aminah binti Wahab (Bani Zuhrah).
Ibu Susuan : Thuwaibah (Hamba Perempuan Abu Lahab) dan Halimatus Saa'diah (Bani Saa'd).
Tarikh Lahir : 20 April, Tahun Gajah bersamaan 12 Rabi'ul Awal 571 Masihi.
Tempat Lahir : Makkah.
Tarikh Wafat : Isnin, bulan Safar 11 Hijriah di Madinah.
Gelaran : Al-Amin.
Status : Anak yatim, kematian bapa semasa 2 bulan dalam kandungan. Ibunya wafat semasa berumur 6 tahun.
Nama isteri-isteri Baginda :
- Khadijah binti Khuwailid
- Saudah binti Zam'ah
- 'Aisyah binti Abu Bakar (anak Saidina Abu Bakar)
- Hafsah binti Umar(Anak Saidina Umar)
- Ummi habibah binti Abu Sufyan
- Hindun binti Umaiyah (Ummu Salamah)
- Zainab binti Jahsy
- Maimunah binti Harith
- Safiyah binti Huyai
- Zainab binti Khuzaimah (Ummu Masakin)
- Qasim Radhiallahu 'Anhu
- Zainab Radhiallahu 'Anha
- Ruqayyah Radhiallahu 'Anha
- Ummu Kalthum Radhiallahu 'Anha
- Fatimah Radhiallahu 'Anha
- Abdullah Radhiallahu 'Anhu (digelar sebagai at-Taiyib dan at-Tahir)
- Ibrahim Radhiallahu 'Anhu.
*Semuanya daripada Khadijah Radhiallahu 'Anha kecuali Ibrahim Radhiallahu 'Anhu daripada Mariah Al-Qibtiyyah Radhiallahu 'Anha*
*Semua anak-anak Nabi Sallallahu 'Alaihi Wasallam wafat sewaktu hayat baginda Sallallahu 'Alaihi Wasallam kecuali Fatimah Radhiallahu 'Anha*
*Semua anak lelaki wafat sewaktu kecil lagi*
Peristiwa luar biasa (irhas) yang berlaku ketika dilahirkan:
- 14 lengkungan gerbang Istana Kisra gugur.
- Api sembahan orang Majusi terpadam.
- Gereja-gereja di sekitar Bahirah Sawah telah runtuh.
06 tahun - ibunda tercinta kembali bertemu pencipta-NYA.
08 tahun - dipelihara oleh Abu Talib selepas kematian Abdul Muttalib.
12 tahun - mula berniaga ke Syams bersama Abu Talib dan bertemu dengan paderi Buhaira.
25 tahun - berkahwin dengan Siti Khadijah (40 tahun).
28 tahun - kelahiran Qasim Radhiallahu 'Anhu.
35 tahun - menyelesaikan masalah perletakkan Hajar Al-Aswad ke tempat asal.
40 tahun - mula mengasingkan diri di Gua Hira' dan diangkat menjadi Rasul.
53 tahun - berhijrah ke Madinah ditemani Saidina Abu Bakar Al-Siddiq.
65 tahun - wafat.
*Sambil-sambil baca cerita bawah ni, dengar la lagu ni sekali. ^^*
Sedihnya...!!
Inilah bukti cinta yang sebenar-benarnya tentang cinta, yang telah dicontohkan Allah SWT melalui kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit mulai menguning di ufuk timur, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayapnya.
Rasulullah dengan suara lemah memberikan kutbah terakhirnya, “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian, al-Qur’an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku.”
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasul yang tenang menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. “Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” keluh hati semua sahabat kala itu.
Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Di saat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu. Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.
“Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk.
“Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah.
“Siapakah itu wahai anakku?”
“Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakat maut,” kata Rasulullah.
Fatimah menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut telah datang menghampiri. Rasulullah pun menanyakan kenapa Jibril tidak menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut roh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
“Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.
“Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril.
Tapi, semua penjelasan Jibril itu tidak membuat Rasul lega, matanya masih penuh kecemasan dan tanda tanya.
“Engkau tidak senang mendengar kabar ini?” tanya Jibril lagi.
“Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak, sepeninggalanku?”
“Jangan khuwatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: "Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril meyakinkan.
Detik-detik kian dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan-lahan roh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.
“Jibril, betapa sakitnya, sakaratul maut ini.” Perlahan terdengar desisan suara Rasulullah mengaduh.
Fatimah hanya mampu memejamkan matanya. Sementara Ali yang duduk di sampingnya hanya menundukan kepalanya semakin dalam. Jibril pun memalingkan muka.
“Jijikkah engkau melihatku, hingga engkau palingkan wajahmu Jibril?” tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.
“Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril sambil terus berpaling.
Sedetik kemudian terdengar Rasulullah memekik kerana sakit yang tidak tertahankan lagi.
“Ya Allah, dahsyat sekali maut ini, timpakan saja semua seksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku,” pinta Rasul pada Allah.
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu. Ali pun segera mendekatkan telinganya.
“Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah solat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.”
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
“Ummatii, ummatii, ummatiii?” Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran kemuliaan itu.
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
Ya Rasulullah,
Kau tinggalkan kami warisan yang abadi,
Dan bersaksilah,
Sesungguhnya kami merinduimu.
p/s : Ya!! Aku merinduimu.... :(
Semoga kami tergolong dalam golongan yang mendapat syafaat mu Ya Rasulullah...
..eyka..
No comments:
Post a Comment